awal Kedatangan Islam ke Nusantara
Ada beberapa teori mengenai kedatangan Islam ke Nusantara, dalam hal
ini akan sedikit dibahas mengenai dari mana penyebar pertama kali Islam
di Nusantara. Sedikitnya ada tiga teori yang membahas hal tersebut.
Teori India
Sarjana Belanda yang pertama kali menyatakan teori ini adalah
Pijnappel. Dia menyatakan bahwa orang-orang Arab yang datang dan menetap
di Gujarat, Malabar bermazhab Syafi’i. Mereka inilah yang kemudian
membawa Islam ke Nusantara. Teori ini kemudian dikembangkan oleh Snouck
Hurgronje, seorang peneliti Islam dari Belanda, yang berpendapat bahwa
Agama Islam yang datang di Indonesia berasal dari beberapa tempat di
India yaitu Deccan, Gujarat dan Malabar yang mana pendatang dari Arab
menetap di daerah-daerah tersebut. Kedatangan penyebar Islam ke
Nusantara diperkirakan pada abad 12 M. Sarjana Belanda yang juga
mendukung teori ini adalah Moquette. Ia membandingkan bentuk batu nisan
yang terdapat di Pasai (1297 M), di Gresik (1419 M) dengan batu nisan di
Gujarat. Dari perbandingan bentuk batu nisan di ketiga tempat itu yang
relatif sama, ia menyimpulkan bahwa Islam yang dibawa pertama kali ke
Nusantara berasal dari Gujarat.Namun teori dari sarjana-sarjana Belanda
ini masih dinilai lemah dari sisi arkeologis. Hal ini dikemukakan S.G
Fatimi dengan dua alasan,
Pertama berdasarkan ciri-ciri bentuk dan jenis
bahan batu nisan Sultan Malik As Saleh (1297 M) tidak sama dengan batu
nisan pada makam Umar Ibnu Al Kazarumi dari Combay (1333 M). Dari hal
tersebut S.G Fatimi lebih cenderung menyimpulkan bahwa Islam yang datang
pertama kali ke Nusantara bukan berasal dari Gujarat tetapi dari
Bengal. Kedua adalah sebuah pertanyaan mengapa justru tidak
membandingkan dengan batu nisan yang lebih tua yaitu di makam Fatimah
Binti Maimun dari Perau (1082 M). Kelemahan teori ini dilihat dari sisi
politis diuangkapkan G.F. Marison bahwa penguasa Hindu di Gujarat masih
berkuasa sampai tahun 698 H/1297 M. Ia berpendapat sampai tahun tersebut
imigran dari Arab belum mapan, sehingga ia cenderung Islam yang datang
pertama kali ke Indonesia berasal dari Coromandel dan berlangsung pada
akhir abad 13 M.
Teori Arab
Teori ini berpendapat bahwa Islam
yang datang pertama kali ke Nusantara berasal dari Arab pada abad
pertama Hijriyah. Penganut teori ini adalah T.W. Arnold dan Buya Hamka.
Teori ini bersumber dari berita-berita Cina tepatnya pada jaman Dinasti
Tang menyatakan bahwa di Jawa terdapat kerajaan Ho Ling (Kalingga) yang
dipimpin Ratu Sima (674-675 M). Ratu ini memerintah dengan arif dan
bijaksana. Mendengar berita tersebut Raja Ta Shih (arab) memerintahkan
kepada utusannya menyelidiki kebenaran berita itu. Orang-orang muslim
yang menjadi utasan Raja Ta Shih inilah yang kemudian menetap di pantai
barat Sumatera dan menyebarkan agama Islam. Buya Hamka berpendapat bahwa
yang dimaksud Ta Shih tidak lain adalah Muawiyah, yaitu Khalifah Islam
pertama yang memiliki armada laut.
Teori Cina
Teori ini
dikemukakan oleh KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dalam Seminar
Penyusunan Buku Sejarah Sunan Drajat yang diadakan di Surabaya tahun
1997. Beliau berpendapat bahwa Islam datang ke Nusantara dari Cina bukan
dari Gujarat dan Persia. Terdapat tiga gelombang kedatangan Islam di
Nusantara. Gelombang pertama berasal dari perwira-perwira atau
tokoh-tokoh Islam di Cina. Gelombang kedua berasal dari Bangladesh yang
membawa pengaruh Mazhab Syafi’i. Gelombang ketiga berasal dari para
pedagang Gujarat.
Ada beberapa teori mengenai kedatangan Islam ke Nusantara, dalam hal ini akan sedikit dibahas mengenai dari mana penyebar pertama kali Islam di Nusantara. Sedikitnya ada tiga teori yang membahas hal tersebut.
Teori India
Sarjana Belanda yang pertama kali menyatakan teori ini adalah Pijnappel. Dia menyatakan bahwa orang-orang Arab yang datang dan menetap di Gujarat, Malabar bermazhab Syafi’i. Mereka inilah yang kemudian membawa Islam ke Nusantara. Teori ini kemudian dikembangkan oleh Snouck Hurgronje, seorang peneliti Islam dari Belanda, yang berpendapat bahwa Agama Islam yang datang di Indonesia berasal dari beberapa tempat di India yaitu Deccan, Gujarat dan Malabar yang mana pendatang dari Arab menetap di daerah-daerah tersebut. Kedatangan penyebar Islam ke Nusantara diperkirakan pada abad 12 M. Sarjana Belanda yang juga mendukung teori ini adalah Moquette. Ia membandingkan bentuk batu nisan yang terdapat di Pasai (1297 M), di Gresik (1419 M) dengan batu nisan di Gujarat. Dari perbandingan bentuk batu nisan di ketiga tempat itu yang relatif sama, ia menyimpulkan bahwa Islam yang dibawa pertama kali ke Nusantara berasal dari Gujarat.Namun teori dari sarjana-sarjana Belanda ini masih dinilai lemah dari sisi arkeologis. Hal ini dikemukakan S.G Fatimi dengan dua alasan,
Pertama berdasarkan ciri-ciri bentuk dan jenis bahan batu nisan Sultan Malik As Saleh (1297 M) tidak sama dengan batu nisan pada makam Umar Ibnu Al Kazarumi dari Combay (1333 M). Dari hal tersebut S.G Fatimi lebih cenderung menyimpulkan bahwa Islam yang datang pertama kali ke Nusantara bukan berasal dari Gujarat tetapi dari Bengal. Kedua adalah sebuah pertanyaan mengapa justru tidak membandingkan dengan batu nisan yang lebih tua yaitu di makam Fatimah Binti Maimun dari Perau (1082 M). Kelemahan teori ini dilihat dari sisi politis diuangkapkan G.F. Marison bahwa penguasa Hindu di Gujarat masih berkuasa sampai tahun 698 H/1297 M. Ia berpendapat sampai tahun tersebut imigran dari Arab belum mapan, sehingga ia cenderung Islam yang datang pertama kali ke Indonesia berasal dari Coromandel dan berlangsung pada akhir abad 13 M.
Teori Arab
Teori ini berpendapat bahwa Islam yang datang pertama kali ke Nusantara berasal dari Arab pada abad pertama Hijriyah. Penganut teori ini adalah T.W. Arnold dan Buya Hamka. Teori ini bersumber dari berita-berita Cina tepatnya pada jaman Dinasti Tang menyatakan bahwa di Jawa terdapat kerajaan Ho Ling (Kalingga) yang dipimpin Ratu Sima (674-675 M). Ratu ini memerintah dengan arif dan bijaksana. Mendengar berita tersebut Raja Ta Shih (arab) memerintahkan kepada utusannya menyelidiki kebenaran berita itu. Orang-orang muslim yang menjadi utasan Raja Ta Shih inilah yang kemudian menetap di pantai barat Sumatera dan menyebarkan agama Islam. Buya Hamka berpendapat bahwa yang dimaksud Ta Shih tidak lain adalah Muawiyah, yaitu Khalifah Islam pertama yang memiliki armada laut.
Teori Cina
Teori ini dikemukakan oleh KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dalam Seminar Penyusunan Buku Sejarah Sunan Drajat yang diadakan di Surabaya tahun 1997. Beliau berpendapat bahwa Islam datang ke Nusantara dari Cina bukan dari Gujarat dan Persia. Terdapat tiga gelombang kedatangan Islam di Nusantara. Gelombang pertama berasal dari perwira-perwira atau tokoh-tokoh Islam di Cina. Gelombang kedua berasal dari Bangladesh yang membawa pengaruh Mazhab Syafi’i. Gelombang ketiga berasal dari para pedagang Gujarat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar