APA ITU TAKDIR DAN KETENTUAN NASIB MANUSIA
Ya..ya..ya inilah jawaban kebanyakan orang terhadap pertanyaan diatas
yaitu sudah menjadi takdir atau kehendak Tuhan. Segala sesuatu yang
menimpa manusia adalah takdir dari Tuhan yang harus diterima manusia.
Sejujurnya saya katakan, jawaban ini sangat tidak memuaskan dan tidak
masuk akal karena seakan-akan Tuhan itu pilih kasih dengan menguntungkan
sebagian manusia dan menzalimi sebagian manusia lain. Padahal di Al
Quran telah dijelaskan bahwa Tuhan sama sekali tidak menzalimi manusia.
Simak ayat berikut :
Yang demikian itu disebabkan oleh perbuatan
tanganmu sendiri. Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak menganiaya
hamba-Nya. (Q.S Al Anfaal (8) : 35)
Sesungguhnya Allah tidak berbuat
zalim kepada manusia sedikitpun akan tetapi manusia itulah yang berbuat
zalim kepada diri mereka sendiri.
(Q.S Yunus (10) : 44)
Barang siapa yang kafir maka dia sendirilah yang menanggung
(akibat) kekafirannya itu dan barangsiapa yang beramal saleh maka
dia telah mempersiapkan diri buah dari amal salehnya itu. (Q.S Ar
Ruum (30) : 44)
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka
adalah perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan sebagian besar
(kesalahanmu). Dan kamu tidak dapat menghindar (dari azab Allah) di muka
bumi. (Q.S Asy Syuura (42) : 30-31)
Barangsiapa yang mengerjakan
amal yang saleh maka itu adalah itu adalah untuk dirinya sendiri dan
barangsiapa mengerjakan kejahatan maka itu akan menimpa dirinya sendiri,
kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan. (Q.S Al Jaatsyiah (45) :
15)
Lima ayat diatas dengan sangat jelas menerangkan bahwa
segala sesuatu yang menimpa manusia adalah akibat perbuatan manusia
itu sendiri sehingga jawaban “Takdir (kehendak) Tuhan” adalah jawaban
yang tidak tepat. Jawaban ini jelas telah mengkambing-hitamkan Tuhan
dengan mengatakan bahwa itu adalah perbuatan Tuhan, padahal Tuhan sama
sekali tidak menzalimi atau merugikan manusia.
Tuhan hanyalah
menjalankan roda hukum alam yang telah ditetapkan-Nya. Sedangkan
manusia itu sendiri adalah bagian dari hukum alam yang telah ditetapkan
Tuhan. Karena hukum alam berjalan di bawah kehendak Tuhan, maka
seakan-akan segala sesuatu yang menimpa manusia adalah atas kehendak
Tuhan semata.
Sayang sekali, dalam berbagai terjemahan Quran, kata
man yasya’ diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia “Allah
menghendaki”. Tentu saja terjemahan demikian melanggar pernyataan
bahwa Allah tidak merugikan manusia sedikit pun. Terjemahan yang
seharusnya lebih tepat adalah “Allah menghendaki kepada manusia
yang berkehendak kepada-Nya”. Jika manusia ingin sesat maka akan
dibiarkannya sesat dan jika menginginkan petunjuk-Nya maka akan
diberinya petunjuk. Dengan kata lain, Allah memberikan petunjuk kepada
manusia yang menghendaki petunjuk-Nya YAITU ORANG YG BERIMAN DAN BERAMAL
SOLEH
APA ITU TAKDIR DAN KETENTUAN NASIB MANUSIA
Ya..ya..ya inilah jawaban kebanyakan orang terhadap pertanyaan diatas yaitu sudah menjadi takdir atau kehendak Tuhan. Segala sesuatu yang menimpa manusia adalah takdir dari Tuhan yang harus diterima manusia. Sejujurnya saya katakan, jawaban ini sangat tidak memuaskan dan tidak masuk akal karena seakan-akan Tuhan itu pilih kasih dengan menguntungkan sebagian manusia dan menzalimi sebagian manusia lain. Padahal di Al Quran telah dijelaskan bahwa Tuhan sama sekali tidak menzalimi manusia. Simak ayat berikut :
Ya..ya..ya inilah jawaban kebanyakan orang terhadap pertanyaan diatas yaitu sudah menjadi takdir atau kehendak Tuhan. Segala sesuatu yang menimpa manusia adalah takdir dari Tuhan yang harus diterima manusia. Sejujurnya saya katakan, jawaban ini sangat tidak memuaskan dan tidak masuk akal karena seakan-akan Tuhan itu pilih kasih dengan menguntungkan sebagian manusia dan menzalimi sebagian manusia lain. Padahal di Al Quran telah dijelaskan bahwa Tuhan sama sekali tidak menzalimi manusia. Simak ayat berikut :
Yang demikian itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-Nya. (Q.S Al Anfaal (8) : 35)
Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri.
(Q.S Yunus (10) : 44)
Barang siapa yang kafir maka dia sendirilah yang menanggung (akibat) kekafirannya itu dan barangsiapa yang beramal saleh maka dia telah mempersiapkan diri buah dari amal salehnya itu. (Q.S Ar Ruum (30) : 44)
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan sebagian besar (kesalahanmu). Dan kamu tidak dapat menghindar (dari azab Allah) di muka bumi. (Q.S Asy Syuura (42) : 30-31)
Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka itu adalah itu adalah untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan kejahatan maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan. (Q.S Al Jaatsyiah (45) : 15)
Lima ayat diatas dengan sangat jelas menerangkan bahwa segala sesuatu yang menimpa manusia adalah akibat perbuatan manusia itu sendiri sehingga jawaban “Takdir (kehendak) Tuhan” adalah jawaban yang tidak tepat. Jawaban ini jelas telah mengkambing-hitamkan Tuhan dengan mengatakan bahwa itu adalah perbuatan Tuhan, padahal Tuhan sama sekali tidak menzalimi atau merugikan manusia.
Tuhan hanyalah menjalankan roda hukum alam yang telah ditetapkan-Nya. Sedangkan manusia itu sendiri adalah bagian dari hukum alam yang telah ditetapkan Tuhan. Karena hukum alam berjalan di bawah kehendak Tuhan, maka seakan-akan segala sesuatu yang menimpa manusia adalah atas kehendak Tuhan semata.
Sayang sekali, dalam berbagai terjemahan Quran, kata man yasya’ diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia “Allah menghendaki”. Tentu saja terjemahan demikian melanggar pernyataan bahwa Allah tidak merugikan manusia sedikit pun. Terjemahan yang seharusnya lebih tepat adalah “Allah menghendaki kepada manusia yang berkehendak kepada-Nya”. Jika manusia ingin sesat maka akan dibiarkannya sesat dan jika menginginkan petunjuk-Nya maka akan diberinya petunjuk. Dengan kata lain, Allah memberikan petunjuk kepada manusia yang menghendaki petunjuk-Nya YAITU ORANG YG BERIMAN DAN BERAMAL SOLEH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar